KETIKA CINTA HARUS MEMILIH

       Perjalanan cinta tidak akan pernah berhenti sebelum janur hijau yang telah menguning melengkung. Jodohku belum tentu kekasihku, mungkin orang lain yang aku juga tak pernah bertemu sebelumnya. Tapi apa salahnya, jika aku berusaha untuk menemukannya sebelum dia yang datang untukku.
Aku sangat menyayangi Farhan, dia kekasihku. Sekitar 5bulan yang lalu dia resmi menjadi pacarku. Dia begitu sangat sopan, pintar dan dia tidak suka dengan rokok. Menurutku dia begitu sangat sempurna, meski aku tau takkan ada manusia sempurna didunia ini. Tapi itulah adanya.
            Farhan begitu sangat memperhatikan aku, menjagaku dan juga nama baikku.
“hari ini temani aku cari buku ya”, ajakku.
“boleh, emang mau cari buku apa?”
“hijabku, itu buku baru rilis. Kata mama bagus banget”
“kamu mau berhijab?”
“belum sih, tapi mungkin”
Aku seorang muslim, tapi aku belum menutupi kepalaku dengan kerudung. Aku tau, itu sebuah kewajiban bagi wanita muslim.
                Pulang sekolah aku dan farhan menuju toko buku yang ku maksud. Disana kami bertemu dengan teman Farhan sewaktu SMP dulu, namanya Shena. dia cantik, putih, rambutnya panjang, jari-jarinya lentik dan badannya sama sekali tidak memperlihatkan gumpalan lemak disudut manapun. mereka bicara, sangat dekat. aku mendengar sedikit pembicaraan mereka.
"apa kabar shen? makin cantik aja kamu"
"haha meski cantik, tapi aku belum bisa jadi gadis sampul han"
oh wanita itu seorang model. pantas pikirku.  aku perlahan pergi seolah tak mendengar percakapan mereka. tiba-tiba farhan memanggilku. aku pun datang dengan senyuman yang tak biasa.
"shen, ini febby. febby ini shena", terang farhan.
aku dan shena saling berjabat tangan. tangannya begitu sangat halus dan senyumannya begitu sangat indah. kemudian aku pergi membayar buku yang ingin ku beli dan shena pun pamit balik duluan.
"sudah bukunya?"
"sudah han"
aku dan farhan pun segera pulang.
"shena itu sahabat kamu ya?"
"iya, sewaktu smp dia teman dekat aku"
"oo kenapa ngga 1 sekolahan?"
"ngga apa-apa"
"dia cantik ya"
"kamu cemburu ya?"
"ngga ah"
"meski dia cantik, tapi kamu tetap yang paling indah kok"
ya aku hanya bisa tersenyum untuk kalimatnya yang 1 itu. aku suka bahkan teramat suka.
            Dirumah, kubuka buku yang baru ku beli tadi. Isinya sangat bermanfaat dan hatiku terasa ingin menjalani kewajibanku sebagai seorang muslimah. Mungkin nanti …
“sudah baca bukunya?”, tanya mama yang tiba-tiba masuk kekamarku.
“sudah ma, ini lagi baca”
Mama tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan kamarku. Sepanjang malam, aku hanya membaca buku dan lupa dengan farhan. Setelah selesai membaca, ternyata banyak pesan masuk dari farhan yang ku abaikan. Segera ku telpon farhan.
“farhan maaf”, ucapku memelas.
“emang tadi ngapain?”
“baca buku”
Kami habiskan malam itu dengan celotehan-celotehan seperti malam-malam biasanya. Pada akhirnya aku tertidur dengan pulas.
            Esok paginya, aku segera bergegas untuk pergi sekolah. Tak berapa lama setelah sarapan, farhan datang untuk menjemput. Aku pamit dan pergi menuju sekolah.
“selamat pagi cantik”, ucap farhan.
Aku hanya bisa tersenyum malu. Mungkin hanya farhan yang menganggapku cantik.
“aku mulai memikirkan sesuatu han”, ucapku tiba-tiba.
“apa itu?”
“aku ingin berhijab”
“yakin?”
“mungkin iya”
Kemudian farhan diam tak berkomentar apapun. Aku yakin dia pasti mendukungku atau bahkan sangat mendukung. Mungkin.
Aku dan farhan tidak satu kelas, itu sebabnya kami jarang bicara saat berada disekolah. Kami tidak seperti pasangan-pasangan lain yang harus selalu makan bareng, belajar bareng atau malah ke toilet bareng. Aku juga punya temen yang harus aku beri waktu untuk bersama, Winny. Kami berteman sejak aku duduk dibangku SMA dan kami sudah seperti seorang saudara yang saling mengerti satu sama lain.
“aku udah baca, kelar kok 1 maleman doang”, sambarku memotong lamunan winny.
“eh, baru datang langsung ngomongin itu”
“habisnya ngelamun, lamunin apa?”
“ngga. Jadi gimana?”
“mungkin”
“serius?”
Aku hanya mengangguk dengan arti kata iya. Mungkin aku akan berhijab ketika aku siap. Bagiku, ini keputusan yang bukan untuk jangka pendek. Ketika aku mulai bertekad untuk memakai maka aku tidak akan membukanya lagi. Itu prinsip buatku.
Aku dan winny sesekali melihat farhan yang sedang bermain basket saat jam istirahat. Aku selalu memberinya senyuman saat matanya mulai mencari wajahku. Dia begitu sangat hebat bagiku. Aku tidak membatasi pertemanan farhan, begitu juga farhan. Kami hanya akan saling mendukung jika memang itu yang terbaik. Itu salah satu alasan kenapa aku begitu sangat mengaguminya.
“win, kemarin aku sempat kenalan sama temen smp farhan ditoko buku”
“terus?”
“dia cantik banget. Namanya shena, dia model”
“shena ? oo model majalah ya?”
“mungkin, kok kamu tau?”
“sudahlah itu gak penting. Terus?”
“ya apa yang terus? Yaudah gitu aja”
“kamu cemburu? Haha”
“tidak, kenapa kamu bilang cemburu?”
“biasanya cewek kalo ketemu sama temen lama pacar, jantung suka deg-degan”
“kenapa gitu?”
“ya karna takut direbut”
Ya … aku cuma bisa diam. Mungkin winny benar, aku takut farhan direbut olehnya. Tapi aku percaya farhan, percaya kalau dia akan tetap bersamaku. Dari kejauhan aku melihat farhan berlari kearahku. Farhan terlihat tampan dengan keringat yang bercucuran dibadannya. Ntahlah …
“tidak masuk? Bel sudah bunyi”
“aku pikir kita bisa bareng, kan searah”
“oh kamu nunggu aku?”
“aku sesekali ingin kita jalan berdua dikoridor sekolah”
“haha baiklah”
Farhan tertawa dan langsung merangkulku.
Farhan memang tidak romantis, tapi dia mengerti bagaimana harus memperlakukan aku. Pacar tidak harus yang romantis kan ?
Sepulang sekolah ini, aku berencana akan pergi dengan winny tapi kali ini tanpa farhan. Farhan tidak bisa mengantarkan kami karena ada hal lain yang harus segera diselesaikan, tapi aku sendiri tidak tau tentang apa. Tapi yasudahlah …
Aku dan winny segera pergi ke toko buku, setelah itu kami mampir ke cafe sebentar. Dicafe, aku melihat shena dengan seorang pria yang spertinya tak asing lagi. Iya, itu farhan. Farhan tak mengantarku karna ingin bertemu dengan shena. Aku dan winny segera pergi agar farhan ataupun shena tak melihat kami berada disitu. Entah apa yang kurasa, seperti was-was yang tak berkesudahan. Dia kekasih siapa? Kenapa orang lain yang harus diutamakan? Mungkin karena mereka sudah lebih lama saling kenal atau dulu mereka punya cerita lain? Ntahlah …
Setibanya dirumah, aku melihat mama sedang duduk tenang dengan adikku.
“lesu banget? Habis dari mana mba?”
“dari toko buku. Kamu kok udah dirumah?”
“salah terus kayaknya”
“ma … besok mau hijab ah kesekolah”
“jangan nanggung, kalo emang belum siap yaudah gausah dulu”
“kalo ga cepat-cepat dimulai, mau kapan lagi”
Dengan rasa yakin yang kuat, aku berjalan menuju kamar. Tak berapa lama berada dikamar, farhan menghubungi aku.
“sudah dirumah?”, tanya farhan.
“sudah. Kamu tadi kemana?”
“tadi ketempat temen, ada yang mau dikerjain”
“ketempat temen apa nemui shena?”
“iya tadi ketempat temen, terus shena ngajakin ketemu. Febby kok tau?”
“kenapa gak bilang mau ketemu shena?”
“kenapa sih kamu? Kok jadi kayak dicurigain gini”
“ngerasa dicurigain ya?”
“ah sudahlah, aku mau mandi dulu”
Dengan cepat telepon kami terputus. Aku hanya bisa terdiam.
          Hingga pagi datang lagi, tak juga ada kabar dari farhan. Setelah perbincangan sore itu, farhan benar-benar tak menghubungi aku. Ntah dia marah atau malah menemui shena. Aku juga tidak tau. Segera ku kirim pesan singkat untuknya.
*aku dijemput ga?*
5menit…
*aku sudah disekolah, gasempat jemput*
Miris ! pagi ini harus pergi sendiri. Padahal aku ingin farhan jadi yang pertama melihatku dengan penampilan baru. Hari ini aku mulai dengan hijabku. Pagi ini dengan terpaksa aku harus minta antar papa.
“farhan tidak jemput?”, tanya papa.
“engga pa”
“kenapa? Lagi berantem?”
“papa apaan sih”
“kalau sudah mulai hijab jangan dibuka lagi ya mba”
“iya pa, insyaallah”
Tiba disekolah, melewati parkiran sambil mencari mobil farhan. Ternyata memang sudah sampai. Melewati lapangan basket sambil mencari farhan, tapi tidak ketemu. Aku melanjutkan perjalananku menuju ruang kelas dan disambut hangat oleh sahabatku, winny.
“kenapa cemberut?”
“kami diam-diaman satu malaman ini. Hanya karna hal spele yang aku yakin seharusnya gak jadi kayak gini. Malah tadi pagi aku ga dijemput sama dia”
“yaudah, jangan cemberut lagi. Hijabnya jadi ga terurus lagi tuh haha”
Sedikit aku melupakan farhan, karena harus menanggapi pertanyaan teman-teman yang belum terbiasa melihatku dengan hijab. Teman-teman pada ngedukung penampilan baruku, tapi sampai detik ini aku belum juga mendengar pendapat farhan.
          Seperti biasa, aku dan winny menuju kantin untuk makan siang. Disana aku melihat farhan bersama teman-temannya. Salah seorang temannya melihatku tercengang dan sedikit heran, mungkin dia belum begitu tanda denganku. Kemudian farhan mulai melihatku dan tersenyum. Aku hanya bisa bengong dan mulai terbelalak dengan senyumannya. Aku tidak pernah melihat senyumnya yang sebegitu teduhnya. Farhan menghampiriku dengan sebatang coklat ditangannya.
“hei…kamu tampilan baru ya? Harusnya tadi pagi aku jemput kamu”
“iya, tadi pagi aku dianterin papa”
“nih coklat, aku bukain ya”
“gausah, lagi ga pengen makan coklat sekarang”
“kenapa?”
“aku cuma lagi pengen ngabisin ni bakso”
“yah febby … coklatnya gimana?”
“yaudah aku bawa, ntar kalo udah pengen aku makan”
“aku minta maaf ya feb”
“mau terus ajak aku bicara? Aku mau makan dulu”
Kemudian farhan diam dan hanya bisa melihatku makan bakso. Kemudian sibuk dalam berbalas pesan lewat handphone. Aku juga tidak mau terlalu curiga dengannya, mungkin saja itu teman-temannya atau malah shena? Ah ntahlah…
“nanti kamu aku antar balik ya”
“oke, aku kekelas ya”
“gamau bareng?”
“gausah, tuh temen kamu pada nunggu”
Aku pergi meninggalkan farhan. Ntah apa yang ada dipikiranku, aku begitu sangat kesal dengannya. Winny  hanya bisa tertawa melihat tingkahku, menurutnya aku seperti anak-anak. Tapi menurutku, aku pantas memperlakukannya seperti itu.
          Saat menuju luar kelas, aku melihat farhan sudah menungguku didepan kelas. Tidak seperti biasanya.
“langsung pulang atau mau ke toko buku dulu?”
“tidak. Aku mau makan coklat kamu dulu disini”
“baiklah”
Aku dan farhan duduk di bangku taman depan kelas, dengan memakan sedikit demi sedikit coklat yang ada ditanganku.
“febby kamu jangan marah lagi ya”
“kamu itu jangan mulai bohong sama aku, aku gasuka”
“aku ga bohong febby, aku emang nemuin temen aku”
“shena?”
“itu kemarin dia minta ketemuan sama aku”
“mau apa?”
“dia mau minta bantuan aku untuk buat acara ulangtahunnya nanti”
“terus?”
“yaudah gitu doang”
“terus kamu mau?”
“aku gabisa, yaudah dia minta tolong temen yang lain. Tapi aku dan kamu diundang oleh shena, mau datengkan?”
“kapan?”
“nanti malam”
“hmm yaudah yuk balik”
Kemudian farhan menerima telpon yang perbincangannya agak sedikit membuat aku gelisah.
‘iya, aku masih disekolah. Tungguin aja, pasti kok. Loh emang kenapa? Tapi aku udah ngomong, yah gamungkinlah. Dia pacar aku, yaudah ntar diusahain’
Apapun itu, aku tidak akan membuatnya terlalu tertekan dengan semua rasa curigaku. Walau terkadang aku sangat ingin tau semua tentang kesibukannya, tapi aku tau sikap itu harus ku batasi.
          Hujan dengan petirnya melengkapi malam dingin ini, aku mulai tak berniat untuk pergi ke pesta shena. Tapi aku tak ingin mengecewakan farhan, aku sudah terlanjur janji untuk pergi dengannya. Pesan singkat farhan cukup membuatku tenang dan aku bisa tidur tenang malam ini.
‘sayang, hujan malam ini sangat tidak bersahabat. Masih mau menemaniku tidak? Takutnya orangtua kamu tidak kasih izin, gimana kalau aku pergi sendiri saja? Nanti aku sampein salam kamu buat shena deh’
Langsung ku balas dengan kalimat setuju untuknya.
22.30 farhan belum ada  kabar. Mungkin dia sedang reuni dengan teman lamanya.
23.30 farhan tak membalas pesanku, tak juga mengangkat telepon dariku.
00.00 aku tertidur dengan pikiran tentang farhan. Dia dimana? Sedang bersama siapa? Apa dia tau kalau aku begitu mencemaskannya?
Hingga akhirnya pukul 07.00 , farhan tak juga membalas bahkan menelponku. Aku diam dan seolah tak juga perduli seperti yang dilakukannya.
Disekolah aku langsung menemui winny dan menceritakan semuanya.
“oh iya, aku punya temen yang dulunya satu sekolahan sama farhan dan shena. Kemaren kita cerita-cerita gitu, mau dengar gak? Atau kita langsung jumpai teman aku itu aja?”
Tanpa basa-basi aku dan winny langsung menuju kelas temannya winny yang dimaksud tadi, dia adalah karina.
Karina, tinggi, putih, rambutnya panjang. Hampir sama dengan shena sih, tapi karina masih lebih sopan dalam berpakaian. Karina cerita semuanya tentang farhan dan shena.
“farhan dan shena sahabatan? Bohong banget. Mereka dulu itu pacaran waktu smp dan shena dulunya ga secantik sekarang”, terang karina.
“tapi farhan bilang mereka dulunya sahabatan kok. Terus mereka kenapa bisa putus?”
“mereka ngga putus, shena sempat ngilang dan gaada kabar selama 1tahun lebih. Saat itu shena dan farhan jadian udah hampir sekitar 10bulanan. Farhan sempat nyari-nyari shena tapi gajuga dapat kabar, yaudah hubungannya gajelas gitu aja”
“kok Karin bisa tau?”
“kita dulu temenan sama farhan, tapi sejak farhan sma malah berubah jadi cowok pendiam dan cuek. Berubah drastis”
“oh gitu, tapi sekarangkan shena udah disini lagi. Karin udah ketemu dia?”
“iya tau kok, tadi malam dia kan buat party. Kamu kok gadateng? Farhan dateng loh”
“iya tau, males dateng. Hujannya ga dukung”
“tapi hati-hati aja feb, jangan-jangan shena balikan lagi sama farhan”
“hehe ya kalo itu gatau deh rin yaudah kita balik ya, makasih ya Karin”
Keterangan yang diutarain sama karina beneran buat shock jantung, farhan piter menyembunyikan semuanya. Segera ku temui farhan dikelas, tapi ternyata farhan ngga sekolah. Dia dimana? Ku coba telepon, ternyata ponselnya tak juga aktif. Dia sedang dengan siapa? Shena? Apa mereka balikan lagi? Farhan bener buat aku kahwatir, khawatir akan keadaannya dan juga tentang hatinya. Aku saat ini sedang berada diposisi teratas atau tersingkirkan? ~ to be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar