Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan

uncontrol situation ?

0
COM
saat matahari terbenam, saat angin menyambut bulan dengan penuh harap, saat bintang bergelantungan di langit luas, saat aku...ya benar aku merindumu. waktu yang kita punya begitu singkat, tak sempat saling sapa juga saling tanya. haruskah kita menjauh demi sebuah jawaban pasti? haruskah jawaban itu segera kita temukan hanya untuk sekedar memperbaiki hal kecil yang sudah sedikit buruk. mungkin waktu tertawa melihat kita yang tak lagi memanfaatkan detik demi detiknya, karena kita memang benar-benar mengabaikannya. lalu haruskah aku segera pergi atau hanya diam? pergi untuk apa? diam untuk apa? sesuatu sedang memaksaku untuk menentukan pilihan yang terbaik, mungkin.

bukan tetang bagaimana aku dan kamu menjadi kita, dan... kenapa harus kita? ya kenapa? beberapa hal yang seperti tak sepatutnya untuk dipermasalahakan, selalu menjadi pemicu kehangatan. tapi benar sekali kehangatan itu berubah menjadi semakin hangat hingga panas. mungkin sebagian menyebutnya dengan uncontrol situation, maybe?? hey... ini sudah masuk waktu panjang, 1,2,3,4,5,6... jangan bilang itu hal biasa. aku sungguh tidak terima jika itu yang terjadi.

sayang...
bisakah ku beli waktumu sehari saja? hanya sekedar untuk menikmati betapa indah semua tentangmu bagiku, hanya sekedar untuk mentertawakan sesuatu yang tak pantas ditertawakan, hanya sekedar bercerita kalau kali ini aku mendapat nilai yang sangat baik, hanya sekedar untuk menggodamu layak seorang bocah. haruskah aku membeli waktu yang seharusnya benar menjadi milikku? sesungguhnya aku kehilangan sesuatu tentang itu. bisakah?




Teman (?)

0
COM


            Tempat baru ini serasa ancaman bagiku. Demi sebuah cita-cita, aku rela berbagi waktu bahkan tempat untuk cintaku. Menurut cerita banyak orang, jarak itu sesuatu yang paling tega membuat segalanya menjadi loebih buruk. Tapi sebagian orang hanya anggap itu adalah sebuh mitos dan aku belum terlalu paham untuk itu.
            Tempat baru yang berarti, aku akan memiliki segala hal yang baru. Terutama, teman. Mungkin untuk masalah satu ini aku tidak perlu terlalu khawatir, karena aku sejenis manusia yang tak terlalu memilih atau bahkan sudah menetapkan kriteria untuk calon teman. Mungkin itu sebabnya, aku harus berada ditempat baru agar banyak orang ymerasakan indahnya pernah mengenalku.
            5 hari sudah aku tinggal disini, ditempat yang dingin ini. Bogor.  5 hari juga aku mulai merasa dekat dengan ketiga wanita cantik dengan kota kelahiran yang berbeda. Dengan bentuk tubuh yang sangat sempurna, senyuman yang begitu menawan dan rambut yang begitu terawat. Sungguh berbeda denganku.
            Hari demi hari, sebuah perbincangan mulai semakin dalam. Satu sama lain mulai menceritakan sesuatu yang bagi mereka adalah sebuah rahasia pertemanan. Apapun, semua tertampung dalam 2telingaku. Ketiga wanita ini ternyata tak seberuntung kelihatannya, mungkin mereka bahagia dalam materi, tapi tidak untuk jiwanya.
            Aku? Aku merasa cukup dengan hidupku. Mungkin aku tak begitu berlimpah dalam hal materi, tapi aku tetap merasa itu cukup. Mungkin itu sebabnya kami bertemu, Tuhan pasti punya rencana baik untuk kami. Saling memperlihatkan, bahwa hidup memang harus selalu di syukuri.
            25 hari sudah kulewati. Cita-cita ku harus segera ku gapai, karena aku tau cintaku sudah menanti sejak lama. Tapi ini saatnya, melepas rindu yang berkepanjangan. Kekasihku mengunjungi aku saat dia sedang dalam masa libur. Tentu aku bahagia.
            Ku temui dia, ku peluk erat dan tak ada yang berubah pada dirinya. Cinta sedang bersemi diantara kami. Segera ku bawa dia berkeliling kota dan ku kenalkan pada teman-teman baruku.
            Sayang, dia hanya bisa bersamaku dalam waktu 18jam saja. Dia pulang bersama airmata dalam pelukan. “Kita pasti akan segera bertemu lagi” dengan sebuah kecupan di dahiku. Lambaian tangan pun tak henti hingga wajahnya tak lagi terlihat. Setidaknya aku sudah melepas rindu itu.
            Aku pulang dengan harapan agar dia selamat sampai tujuannya. Aku pulang dan melihat ketiga temanku sedang tertawa besar karena sedang mengolok-olok seseorang.
“gendut, cupu dan freak!! Hahaha”
Ya tentu, mereka sedang membicarakan kekasihku. Mentertawakan fisik kekasihku, mentertawakan seseorang yang ku kagumi. Mereka tertawa terbahak-bahak. Mereka temanku dan mereka cerita dibelakangku.
“ganteng juga ngga, apa nya yang harus dibanggakan? Gendut, perutnya buncit. Tua!! Dia picek apa gimana ya? Ngeliat apanya coba?”
Kali ini aku yang tertawa, aku yang mentertawakan mereka. Mereka begitu lucu bagiku.
“aku melihat sesuatu yang takkan pernah kalian lihat. Mungkin dari fisik dia tak tampan, dia tak menarik. Bahkan dengan gumpalan yang ada diperutnya membuat dia terlihat tua dan itu semua yang terlihat oleh kalian. Tapi apa kalian sudah melihat kebaikan hatinya? Melihat tanggung jawabnya? Melihat ketulusannya? Melihat keseriusannya? Melihat perhatiannya? Melihat bagaimana dia memperlakukanku dengan begitu lembut? Itu yang takkan pernah kalian lihat dan itu yang membuat aku begitu sangat bangga memiliki kekasih seperti dirinya. Dia tak perlu ku ragukan lagi, dialah yang akan membawaku menjadi seseorang yang lebih baik nantinya”

i love you bella

0
COM


Orang bilang wanita itu manusia yang paling ribet didunia. Mulai dari penampilan, langkah kaki, cara berjalan, tatapan mata, paduan warna lipstick dengan warna dressnya, semua harus lebih dari sekedar kata perfect. Aku memang tak punya kriteria wanita idaman, tapi aku lebih suka wanita feminim dari pada yang acak-acakan. Beberapa kali aku harus putus cinta, berulang kali aku harus mengenal wanita baru. Ntah aku yang kurang baik dalam menjalani hubungan atau wanita itu yang tak pantas untukku. Tapi aku tak pernah diam hanya menunggu karena aku tak ingin melewatkan sedetikpun kebahagiaan yang harusnya memang untukku.
Malam ini aku berencana mengajak bella, kekasihku untuk pergi melihat penampilanku diatas panggung. Aku tau bella tak sealiran denganku, tapi aku ingin dia hadir untukku. Bella adalah wanita pertama yang kuajak melihat aku bergulat dengan drum, bella harus tau apa yang jadi bagian keduaku setelah dirinya.
“hallo, bel aku sudah didepan” , ucapku lewat telepon. Bella hanya menjawab ‘tunggu sebentar’ dan kemudian mematikan telepon dengan cepat. Tak lama aku menunggu, bella keluar dari dalam rumah. Terkejutnya aku melihat bella yang menggunakan dress, high heels dan menjinjing tas mungilnya yang berkilauan. Astaga pacarku cantik, tapi ini pasti sangat aneh. Bagaimanapun aku takkan mengucapkan apapun yang mungkin bisa membuatnya tersinggung. Aku hanya tersenyum dan melihatnya dengan tenang.
“aku aneh ya? Tapi aku gamungkin pakai dress begini kalau kamu bawa motor. Boleh tunggu sebentar lagi? Aku mau ganti baju deh, janji cuma 5 menit aja” , ucap bella. Aku hanya bisa diam mendengarkan dia bicara panjang tentang dirinya. 7 menit aku menunggu, bella datang dengan jeans hitam dan kaos oblongnya. Rambutnya diikat dan tanpa make up sedikitpun, dengan senyum lebar dia menghampiriku.
“ayo pergi”.
Aku hanya bisa tertawa kecil melihatnya malam ini, dia ternyata wanita yang mampu menyesuaikan diri. Bagiku dia hebat.
Tiba di tempat, dia langsung turun dan menggandeng tanganku. Aku dan bella berjalan menuju belakang panggung. Aku langsung segera mempersiapkan diri dan langsung menuju panggung. Bella hanya melambaikan tangan dan tersenyum manis untukku. Dari kejauhan, aku melihat bella sedang bicara dengan 2 orang wanita. Ntah membicarakan apa, tapi bella tampak tidak senang dengan kehadiran mereka. Bella sesekali melirik kearahku, aku ngga mengerti apa itu kode atau bagaimana. Aku cemas dan konsentrasiku mulai buyar. Selesai dan aku langsung menemui bella.
“kamu gak apa-apa?” , tanyaku.
“tidak. Kamu tadi mainnya hebat.”
“hebat apanya? Aku cemas melihat mu bicara dengan 2 wanita tadi. Mereka siapa?”
“bukan siapa-siapa, aku juga gak kenal. Kamu masih mau main lagi?”
“ngga, udah kelar. Kamu lapar? Kita makan dulu aja, baru pulang”
Bella hanya mengangguk yang berarti setuju. Sepanjang jalan, bella hanya diam. Biasanya, bella sedikit agak bawel. Banyak bicara, selalu mengajakku tertawa, tapi tidak untuk kali ini.
“kamu kok diam aja?”
“aku ngantuk”
“jangan tidur ya, kita makan dulu”
“gimana ini biar aku ngga ngantuk?”
“kamu nyanyi aja”
“suara aku gaenak”
“yaudah buatin aku puisi”
“bella ngga pinter buat puisi”
“yaudah bella peluk aku aja, biar gangantuk”
“itu sih maunya kamu”
“emang maunya kamu apaan?”
“maunya aku, kita itu bareng terus kayak gini”
“Selama-lamanya?”
“ya mungkin saja”
Bicara singkat itu terputus saat tempat tujuan sudah terlihat. Bella turun dan tidak menggandeng tanganku seperti tadi. Duduk dan mulai memesan. Bella hanya diam dan sesekali melihat ponselnya. Aku hanya bisa melihat sekeliling dan sesekali melirik bella.
“kamu kok malam ini berani beda?” , tanyaku.
“emang kenapa?”
“gak apa-apa sih hehe”
“Aku sih sebenarnya agak canggung sama kamu, tapi aku berusaha nutupi itu dengan celotehanku”
“Aku senang kalau kamu mau berusaha menyesuaikan dengan gimananya aku, tapi aku lebih senang kalo kamu jadi diri sendiri aja”
“jo … kadang cinta itu datang gak secepat yang kita mau”
“maksudnya?”
“ah bukan apa-apa, makan yuk”
Aku bingung dengan ucapan bella yang itu. Gak secepat yang kita mau? Apa maksudnya.
Makan dan selesai. Aku langsung mengantarkan bella pulang. Tiba dirumah bella, bella langsung turun dan tidak pamit. Bahkan menolehku pun tidak. Aku segera pulang dan meninggalkan rumah bella. Bella aneh, awalnya dia masih saja mesra denganku tapi kenapa akhirnya tidak? Apa dia sedang ada masalah? Tiba dirumah, aku langsung menghubungi bella. Tapi nomor bella tidak aktif. Bella kenapa?
Esok paginya, aku mendapat pesan singkat dari bella.
aku berangkat sendiri aja, kamu ngga usah jemput aku
Apa jangan-jangan ada pria lain yang menjemput bella? Segera ku telpon bella, tapi tidak diangkat. Aku dan bella tidak satu sekolah dan juga tidak searah, mungkin dia tidak ingin merepotkanku. Aku hanya mengiyakan dan segera pergi menuju sekolahku. Tepat didepan gerbang, aku melihat bella. Segera ku hampiri dengan rasa penasaranku.
“bella?”, tegurku. Bella langsung memelukku dan menangis.
“kamu kenapa?”, tanyaku semakin penasaran.
“ayo ke bukit, kita bolos aja”, ucap bella.
Aku langsung mengiyakan bella. Kami langsung menuju bukit. Di bukit, bella sudah tak lagi menangis. Tersenyum dan tertawa. Terkadang, sesekali dia teriak dan mulai menjahili aku.
“bella, kamu tadi kenapa?”
“tidak apa-apa, aku hanya sedang berusaha mengajakmu bolos sekolah saja hehe”
“jadi tadi kamu hanya acting?”
“iya hehe”
“semalam poselmu tidak aktif, bahkan tadi pagi kamu tidak ingin aku antar kesekolah. Kenapa?”
“sedang tidak ingin jo”
“emang kenapa? Aku ada salah?”
“tidak”
Setelah perbincangan itu, bella terdiam. Sesekali dia tersenyum memandang langit, sesekali dia tersenyum memandangku, sesekali dia cemberut melihat ponselnya. Ada apa sih sebenarnya?
“jo kalau aku harus pergi sekarang, kamu marah?”
“kamu mau kemana?”
“aku bosan disini”
“kamu mau kemana?”
“aku mau pulang”
“aku antar”
“ngga usah jo. Kamu balik aja kesekolah, aku pulang ya”
Kemudian bella langsung lari dan aku kewalahan untuk mengejarnya. Aku tak mungkin meninggalkan motorku begitu saja. Ku kejar dan hilang. Bella tak lagi terlihat. Ku telpon dan tak aktif. Segera aku menuju rumah bella, tapi aku hanya menemui seorang wanita dan satpam. Segera ku temui dan menanyakan keberadaan bella.
Bella adalah anak tunggal dan otomatis bella yang akan segera bertanggung jawab atas keluarganya. Mamanya meninggal saat melahirkan dirinya dan bella hanya tinggal dengan beberapa pembantu dirumahnya. Papanya sibuk mengurus perusahaan yang didirikannya sejak dia masih berumur 35tahun, mau tak mau papanya harus hidup terpisah dengan bella.
“maaf bu, apa bella sudah pulang?”
“non bella sudah pergi sejak pagi tadi”
“ke sekolah?”
“tidak, katanya dia ingin pamit dengan pacarnya”
“pamit gimana? Emm kebetulan saya ini pacarnya bella”
“loh bukannya bella sudah menemui kamu tadi?”
“iya, tapi dia tidak ada pamit apa-apa sama saya”
“bella akan segera menyusul papanya ke bandung”
“menetap disana?”
“tentunya”
“kenapa begitu?”
“papa bella mengalami kebangkrutan sejak 5tahun yang lalu, kemudian berusaha bangkit lagi dengan mengumpulkan beberapa pinjaman. Tapi papa bella, meminjam pada orang yang salah. Dia malah memeras papa bella dengan bunga yang besar. Semakin bangkrut dan tak sanggup bayar. Satu-satunya jalan adalah memenuhi permintaannya. Bella harus menikahinya”
Tercengang dan terdiam. Ini pukulan yang teramat sakit. Bella belum cerita. Bella tak mau jujur. Tak berapa lama bella menelponku.
“bella hallo. Kamu…”
“maafkan aku jo. kalau kamu ingin tau, kamu tanyakan saja pada orang yang ada dirumah aku”
“aku sudah dirumah kamu bel”
“maafkan aku jo, sebenarnya aku hanya tak ingin kamu terlibat”
‘tapi bagaimana perasaanku bel?”
“aku sangat menyayangi papaku jo, selama ini dia berjuang keras demi menghidupi aku. Tanpa kasih sayang seorang istri, dia sanggup menyayangi aku. Bahkan membiayai kehidupanku hingga aku sebesar bahkan setegar ini. Papa satu-satunya yang ku punya dan satu-satunya alasan kenapa aku harus bertahan hidup, kenapa aku harus tetap semangat untuk berjuang. Aku harus bisa membuatnya tersenyum bangga. Dengan aku membantu kesulitannya, aku yakin dia akan bangga denganku. I love you jo”.
            Itu yang harus ku akui dari awal, dia wanita terhebat yang pernah ku punya. Melawan rasa itu sendiri demi sesosok ayah yang selalu dia kagumi. Dia hebat, bahkan sangat hebat. Dia wanita yang kini akan segera menjadi milik orang lain. Tetaplah semangat bella, walau aku hanya bisa mendoakanmu dari bibirku. Kurasa cinta kita belum mati hingga nanti gugur bersama waktu.

KETIKA CINTA HARUS MEMILIH

0
COM
       Perjalanan cinta tidak akan pernah berhenti sebelum janur hijau yang telah menguning melengkung. Jodohku belum tentu kekasihku, mungkin orang lain yang aku juga tak pernah bertemu sebelumnya. Tapi apa salahnya, jika aku berusaha untuk menemukannya sebelum dia yang datang untukku.
Aku sangat menyayangi Farhan, dia kekasihku. Sekitar 5bulan yang lalu dia resmi menjadi pacarku. Dia begitu sangat sopan, pintar dan dia tidak suka dengan rokok. Menurutku dia begitu sangat sempurna, meski aku tau takkan ada manusia sempurna didunia ini. Tapi itulah adanya.
            Farhan begitu sangat memperhatikan aku, menjagaku dan juga nama baikku.
“hari ini temani aku cari buku ya”, ajakku.
“boleh, emang mau cari buku apa?”
“hijabku, itu buku baru rilis. Kata mama bagus banget”
“kamu mau berhijab?”
“belum sih, tapi mungkin”
Aku seorang muslim, tapi aku belum menutupi kepalaku dengan kerudung. Aku tau, itu sebuah kewajiban bagi wanita muslim.
                Pulang sekolah aku dan farhan menuju toko buku yang ku maksud. Disana kami bertemu dengan teman Farhan sewaktu SMP dulu, namanya Shena. dia cantik, putih, rambutnya panjang, jari-jarinya lentik dan badannya sama sekali tidak memperlihatkan gumpalan lemak disudut manapun. mereka bicara, sangat dekat. aku mendengar sedikit pembicaraan mereka.
"apa kabar shen? makin cantik aja kamu"
"haha meski cantik, tapi aku belum bisa jadi gadis sampul han"
oh wanita itu seorang model. pantas pikirku.  aku perlahan pergi seolah tak mendengar percakapan mereka. tiba-tiba farhan memanggilku. aku pun datang dengan senyuman yang tak biasa.
"shen, ini febby. febby ini shena", terang farhan.
aku dan shena saling berjabat tangan. tangannya begitu sangat halus dan senyumannya begitu sangat indah. kemudian aku pergi membayar buku yang ingin ku beli dan shena pun pamit balik duluan.
"sudah bukunya?"
"sudah han"
aku dan farhan pun segera pulang.
"shena itu sahabat kamu ya?"
"iya, sewaktu smp dia teman dekat aku"
"oo kenapa ngga 1 sekolahan?"
"ngga apa-apa"
"dia cantik ya"
"kamu cemburu ya?"
"ngga ah"
"meski dia cantik, tapi kamu tetap yang paling indah kok"
ya aku hanya bisa tersenyum untuk kalimatnya yang 1 itu. aku suka bahkan teramat suka.
            Dirumah, kubuka buku yang baru ku beli tadi. Isinya sangat bermanfaat dan hatiku terasa ingin menjalani kewajibanku sebagai seorang muslimah. Mungkin nanti …
“sudah baca bukunya?”, tanya mama yang tiba-tiba masuk kekamarku.
“sudah ma, ini lagi baca”
Mama tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan kamarku. Sepanjang malam, aku hanya membaca buku dan lupa dengan farhan. Setelah selesai membaca, ternyata banyak pesan masuk dari farhan yang ku abaikan. Segera ku telpon farhan.
“farhan maaf”, ucapku memelas.
“emang tadi ngapain?”
“baca buku”
Kami habiskan malam itu dengan celotehan-celotehan seperti malam-malam biasanya. Pada akhirnya aku tertidur dengan pulas.
            Esok paginya, aku segera bergegas untuk pergi sekolah. Tak berapa lama setelah sarapan, farhan datang untuk menjemput. Aku pamit dan pergi menuju sekolah.
“selamat pagi cantik”, ucap farhan.
Aku hanya bisa tersenyum malu. Mungkin hanya farhan yang menganggapku cantik.
“aku mulai memikirkan sesuatu han”, ucapku tiba-tiba.
“apa itu?”
“aku ingin berhijab”
“yakin?”
“mungkin iya”
Kemudian farhan diam tak berkomentar apapun. Aku yakin dia pasti mendukungku atau bahkan sangat mendukung. Mungkin.
Aku dan farhan tidak satu kelas, itu sebabnya kami jarang bicara saat berada disekolah. Kami tidak seperti pasangan-pasangan lain yang harus selalu makan bareng, belajar bareng atau malah ke toilet bareng. Aku juga punya temen yang harus aku beri waktu untuk bersama, Winny. Kami berteman sejak aku duduk dibangku SMA dan kami sudah seperti seorang saudara yang saling mengerti satu sama lain.
“aku udah baca, kelar kok 1 maleman doang”, sambarku memotong lamunan winny.
“eh, baru datang langsung ngomongin itu”
“habisnya ngelamun, lamunin apa?”
“ngga. Jadi gimana?”
“mungkin”
“serius?”
Aku hanya mengangguk dengan arti kata iya. Mungkin aku akan berhijab ketika aku siap. Bagiku, ini keputusan yang bukan untuk jangka pendek. Ketika aku mulai bertekad untuk memakai maka aku tidak akan membukanya lagi. Itu prinsip buatku.
Aku dan winny sesekali melihat farhan yang sedang bermain basket saat jam istirahat. Aku selalu memberinya senyuman saat matanya mulai mencari wajahku. Dia begitu sangat hebat bagiku. Aku tidak membatasi pertemanan farhan, begitu juga farhan. Kami hanya akan saling mendukung jika memang itu yang terbaik. Itu salah satu alasan kenapa aku begitu sangat mengaguminya.
“win, kemarin aku sempat kenalan sama temen smp farhan ditoko buku”
“terus?”
“dia cantik banget. Namanya shena, dia model”
“shena ? oo model majalah ya?”
“mungkin, kok kamu tau?”
“sudahlah itu gak penting. Terus?”
“ya apa yang terus? Yaudah gitu aja”
“kamu cemburu? Haha”
“tidak, kenapa kamu bilang cemburu?”
“biasanya cewek kalo ketemu sama temen lama pacar, jantung suka deg-degan”
“kenapa gitu?”
“ya karna takut direbut”
Ya … aku cuma bisa diam. Mungkin winny benar, aku takut farhan direbut olehnya. Tapi aku percaya farhan, percaya kalau dia akan tetap bersamaku. Dari kejauhan aku melihat farhan berlari kearahku. Farhan terlihat tampan dengan keringat yang bercucuran dibadannya. Ntahlah …
“tidak masuk? Bel sudah bunyi”
“aku pikir kita bisa bareng, kan searah”
“oh kamu nunggu aku?”
“aku sesekali ingin kita jalan berdua dikoridor sekolah”
“haha baiklah”
Farhan tertawa dan langsung merangkulku.
Farhan memang tidak romantis, tapi dia mengerti bagaimana harus memperlakukan aku. Pacar tidak harus yang romantis kan ?
Sepulang sekolah ini, aku berencana akan pergi dengan winny tapi kali ini tanpa farhan. Farhan tidak bisa mengantarkan kami karena ada hal lain yang harus segera diselesaikan, tapi aku sendiri tidak tau tentang apa. Tapi yasudahlah …
Aku dan winny segera pergi ke toko buku, setelah itu kami mampir ke cafe sebentar. Dicafe, aku melihat shena dengan seorang pria yang spertinya tak asing lagi. Iya, itu farhan. Farhan tak mengantarku karna ingin bertemu dengan shena. Aku dan winny segera pergi agar farhan ataupun shena tak melihat kami berada disitu. Entah apa yang kurasa, seperti was-was yang tak berkesudahan. Dia kekasih siapa? Kenapa orang lain yang harus diutamakan? Mungkin karena mereka sudah lebih lama saling kenal atau dulu mereka punya cerita lain? Ntahlah …
Setibanya dirumah, aku melihat mama sedang duduk tenang dengan adikku.
“lesu banget? Habis dari mana mba?”
“dari toko buku. Kamu kok udah dirumah?”
“salah terus kayaknya”
“ma … besok mau hijab ah kesekolah”
“jangan nanggung, kalo emang belum siap yaudah gausah dulu”
“kalo ga cepat-cepat dimulai, mau kapan lagi”
Dengan rasa yakin yang kuat, aku berjalan menuju kamar. Tak berapa lama berada dikamar, farhan menghubungi aku.
“sudah dirumah?”, tanya farhan.
“sudah. Kamu tadi kemana?”
“tadi ketempat temen, ada yang mau dikerjain”
“ketempat temen apa nemui shena?”
“iya tadi ketempat temen, terus shena ngajakin ketemu. Febby kok tau?”
“kenapa gak bilang mau ketemu shena?”
“kenapa sih kamu? Kok jadi kayak dicurigain gini”
“ngerasa dicurigain ya?”
“ah sudahlah, aku mau mandi dulu”
Dengan cepat telepon kami terputus. Aku hanya bisa terdiam.
          Hingga pagi datang lagi, tak juga ada kabar dari farhan. Setelah perbincangan sore itu, farhan benar-benar tak menghubungi aku. Ntah dia marah atau malah menemui shena. Aku juga tidak tau. Segera ku kirim pesan singkat untuknya.
*aku dijemput ga?*
5menit…
*aku sudah disekolah, gasempat jemput*
Miris ! pagi ini harus pergi sendiri. Padahal aku ingin farhan jadi yang pertama melihatku dengan penampilan baru. Hari ini aku mulai dengan hijabku. Pagi ini dengan terpaksa aku harus minta antar papa.
“farhan tidak jemput?”, tanya papa.
“engga pa”
“kenapa? Lagi berantem?”
“papa apaan sih”
“kalau sudah mulai hijab jangan dibuka lagi ya mba”
“iya pa, insyaallah”
Tiba disekolah, melewati parkiran sambil mencari mobil farhan. Ternyata memang sudah sampai. Melewati lapangan basket sambil mencari farhan, tapi tidak ketemu. Aku melanjutkan perjalananku menuju ruang kelas dan disambut hangat oleh sahabatku, winny.
“kenapa cemberut?”
“kami diam-diaman satu malaman ini. Hanya karna hal spele yang aku yakin seharusnya gak jadi kayak gini. Malah tadi pagi aku ga dijemput sama dia”
“yaudah, jangan cemberut lagi. Hijabnya jadi ga terurus lagi tuh haha”
Sedikit aku melupakan farhan, karena harus menanggapi pertanyaan teman-teman yang belum terbiasa melihatku dengan hijab. Teman-teman pada ngedukung penampilan baruku, tapi sampai detik ini aku belum juga mendengar pendapat farhan.
          Seperti biasa, aku dan winny menuju kantin untuk makan siang. Disana aku melihat farhan bersama teman-temannya. Salah seorang temannya melihatku tercengang dan sedikit heran, mungkin dia belum begitu tanda denganku. Kemudian farhan mulai melihatku dan tersenyum. Aku hanya bisa bengong dan mulai terbelalak dengan senyumannya. Aku tidak pernah melihat senyumnya yang sebegitu teduhnya. Farhan menghampiriku dengan sebatang coklat ditangannya.
“hei…kamu tampilan baru ya? Harusnya tadi pagi aku jemput kamu”
“iya, tadi pagi aku dianterin papa”
“nih coklat, aku bukain ya”
“gausah, lagi ga pengen makan coklat sekarang”
“kenapa?”
“aku cuma lagi pengen ngabisin ni bakso”
“yah febby … coklatnya gimana?”
“yaudah aku bawa, ntar kalo udah pengen aku makan”
“aku minta maaf ya feb”
“mau terus ajak aku bicara? Aku mau makan dulu”
Kemudian farhan diam dan hanya bisa melihatku makan bakso. Kemudian sibuk dalam berbalas pesan lewat handphone. Aku juga tidak mau terlalu curiga dengannya, mungkin saja itu teman-temannya atau malah shena? Ah ntahlah…
“nanti kamu aku antar balik ya”
“oke, aku kekelas ya”
“gamau bareng?”
“gausah, tuh temen kamu pada nunggu”
Aku pergi meninggalkan farhan. Ntah apa yang ada dipikiranku, aku begitu sangat kesal dengannya. Winny  hanya bisa tertawa melihat tingkahku, menurutnya aku seperti anak-anak. Tapi menurutku, aku pantas memperlakukannya seperti itu.
          Saat menuju luar kelas, aku melihat farhan sudah menungguku didepan kelas. Tidak seperti biasanya.
“langsung pulang atau mau ke toko buku dulu?”
“tidak. Aku mau makan coklat kamu dulu disini”
“baiklah”
Aku dan farhan duduk di bangku taman depan kelas, dengan memakan sedikit demi sedikit coklat yang ada ditanganku.
“febby kamu jangan marah lagi ya”
“kamu itu jangan mulai bohong sama aku, aku gasuka”
“aku ga bohong febby, aku emang nemuin temen aku”
“shena?”
“itu kemarin dia minta ketemuan sama aku”
“mau apa?”
“dia mau minta bantuan aku untuk buat acara ulangtahunnya nanti”
“terus?”
“yaudah gitu doang”
“terus kamu mau?”
“aku gabisa, yaudah dia minta tolong temen yang lain. Tapi aku dan kamu diundang oleh shena, mau datengkan?”
“kapan?”
“nanti malam”
“hmm yaudah yuk balik”
Kemudian farhan menerima telpon yang perbincangannya agak sedikit membuat aku gelisah.
‘iya, aku masih disekolah. Tungguin aja, pasti kok. Loh emang kenapa? Tapi aku udah ngomong, yah gamungkinlah. Dia pacar aku, yaudah ntar diusahain’
Apapun itu, aku tidak akan membuatnya terlalu tertekan dengan semua rasa curigaku. Walau terkadang aku sangat ingin tau semua tentang kesibukannya, tapi aku tau sikap itu harus ku batasi.
          Hujan dengan petirnya melengkapi malam dingin ini, aku mulai tak berniat untuk pergi ke pesta shena. Tapi aku tak ingin mengecewakan farhan, aku sudah terlanjur janji untuk pergi dengannya. Pesan singkat farhan cukup membuatku tenang dan aku bisa tidur tenang malam ini.
‘sayang, hujan malam ini sangat tidak bersahabat. Masih mau menemaniku tidak? Takutnya orangtua kamu tidak kasih izin, gimana kalau aku pergi sendiri saja? Nanti aku sampein salam kamu buat shena deh’
Langsung ku balas dengan kalimat setuju untuknya.
22.30 farhan belum ada  kabar. Mungkin dia sedang reuni dengan teman lamanya.
23.30 farhan tak membalas pesanku, tak juga mengangkat telepon dariku.
00.00 aku tertidur dengan pikiran tentang farhan. Dia dimana? Sedang bersama siapa? Apa dia tau kalau aku begitu mencemaskannya?
Hingga akhirnya pukul 07.00 , farhan tak juga membalas bahkan menelponku. Aku diam dan seolah tak juga perduli seperti yang dilakukannya.
Disekolah aku langsung menemui winny dan menceritakan semuanya.
“oh iya, aku punya temen yang dulunya satu sekolahan sama farhan dan shena. Kemaren kita cerita-cerita gitu, mau dengar gak? Atau kita langsung jumpai teman aku itu aja?”
Tanpa basa-basi aku dan winny langsung menuju kelas temannya winny yang dimaksud tadi, dia adalah karina.
Karina, tinggi, putih, rambutnya panjang. Hampir sama dengan shena sih, tapi karina masih lebih sopan dalam berpakaian. Karina cerita semuanya tentang farhan dan shena.
“farhan dan shena sahabatan? Bohong banget. Mereka dulu itu pacaran waktu smp dan shena dulunya ga secantik sekarang”, terang karina.
“tapi farhan bilang mereka dulunya sahabatan kok. Terus mereka kenapa bisa putus?”
“mereka ngga putus, shena sempat ngilang dan gaada kabar selama 1tahun lebih. Saat itu shena dan farhan jadian udah hampir sekitar 10bulanan. Farhan sempat nyari-nyari shena tapi gajuga dapat kabar, yaudah hubungannya gajelas gitu aja”
“kok Karin bisa tau?”
“kita dulu temenan sama farhan, tapi sejak farhan sma malah berubah jadi cowok pendiam dan cuek. Berubah drastis”
“oh gitu, tapi sekarangkan shena udah disini lagi. Karin udah ketemu dia?”
“iya tau kok, tadi malam dia kan buat party. Kamu kok gadateng? Farhan dateng loh”
“iya tau, males dateng. Hujannya ga dukung”
“tapi hati-hati aja feb, jangan-jangan shena balikan lagi sama farhan”
“hehe ya kalo itu gatau deh rin yaudah kita balik ya, makasih ya Karin”
Keterangan yang diutarain sama karina beneran buat shock jantung, farhan piter menyembunyikan semuanya. Segera ku temui farhan dikelas, tapi ternyata farhan ngga sekolah. Dia dimana? Ku coba telepon, ternyata ponselnya tak juga aktif. Dia sedang dengan siapa? Shena? Apa mereka balikan lagi? Farhan bener buat aku kahwatir, khawatir akan keadaannya dan juga tentang hatinya. Aku saat ini sedang berada diposisi teratas atau tersingkirkan? ~ to be continued