i love you bella
Orang bilang wanita itu manusia yang
paling ribet didunia. Mulai dari penampilan, langkah kaki, cara berjalan,
tatapan mata, paduan warna lipstick dengan warna dressnya, semua harus lebih
dari sekedar kata perfect. Aku memang tak punya kriteria wanita idaman, tapi
aku lebih suka wanita feminim dari pada yang acak-acakan. Beberapa kali aku
harus putus cinta, berulang kali aku harus mengenal wanita baru. Ntah aku yang
kurang baik dalam menjalani hubungan atau wanita itu yang tak pantas untukku.
Tapi aku tak pernah diam hanya menunggu karena aku tak ingin melewatkan
sedetikpun kebahagiaan yang harusnya memang untukku.
Malam ini aku berencana mengajak bella,
kekasihku untuk pergi melihat penampilanku diatas panggung. Aku tau bella tak
sealiran denganku, tapi aku ingin dia hadir untukku. Bella adalah wanita
pertama yang kuajak melihat aku bergulat dengan drum, bella harus tau apa yang
jadi bagian keduaku setelah dirinya.
“hallo, bel aku sudah didepan” , ucapku lewat
telepon. Bella hanya menjawab ‘tunggu sebentar’ dan kemudian mematikan telepon
dengan cepat. Tak lama aku menunggu, bella keluar dari dalam rumah. Terkejutnya
aku melihat bella yang menggunakan dress, high
heels dan menjinjing tas mungilnya yang berkilauan. Astaga pacarku cantik,
tapi ini pasti sangat aneh. Bagaimanapun aku takkan mengucapkan apapun yang
mungkin bisa membuatnya tersinggung. Aku hanya tersenyum dan melihatnya dengan
tenang.
“aku aneh ya? Tapi aku gamungkin pakai dress begini
kalau kamu bawa motor. Boleh tunggu sebentar lagi? Aku mau ganti baju deh,
janji cuma 5 menit aja” , ucap bella. Aku hanya bisa diam mendengarkan dia
bicara panjang tentang dirinya. 7 menit aku menunggu, bella datang dengan jeans
hitam dan kaos oblongnya. Rambutnya diikat dan tanpa make up sedikitpun, dengan
senyum lebar dia menghampiriku.
“ayo pergi”.
Aku hanya bisa tertawa kecil melihatnya malam ini,
dia ternyata wanita yang mampu menyesuaikan diri. Bagiku dia hebat.
Tiba di tempat, dia langsung turun dan menggandeng
tanganku. Aku dan bella berjalan menuju belakang panggung. Aku langsung segera
mempersiapkan diri dan langsung menuju panggung. Bella hanya melambaikan tangan
dan tersenyum manis untukku. Dari kejauhan, aku melihat bella sedang bicara
dengan 2 orang wanita. Ntah membicarakan apa, tapi bella tampak tidak senang
dengan kehadiran mereka. Bella sesekali melirik kearahku, aku ngga mengerti apa
itu kode atau bagaimana. Aku cemas dan konsentrasiku mulai buyar. Selesai dan
aku langsung menemui bella.
“kamu gak apa-apa?” , tanyaku.
“tidak. Kamu tadi mainnya hebat.”
“hebat apanya? Aku cemas melihat mu bicara dengan 2
wanita tadi. Mereka siapa?”
“bukan siapa-siapa, aku juga gak kenal. Kamu masih
mau main lagi?”
“ngga, udah kelar. Kamu lapar? Kita makan dulu aja,
baru pulang”
Bella hanya mengangguk yang berarti setuju.
Sepanjang jalan, bella hanya diam. Biasanya, bella sedikit agak bawel. Banyak
bicara, selalu mengajakku tertawa, tapi tidak untuk kali ini.
“kamu kok diam aja?”
“aku ngantuk”
“jangan tidur ya, kita makan dulu”
“gimana ini biar aku ngga ngantuk?”
“kamu nyanyi aja”
“suara aku gaenak”
“yaudah buatin aku puisi”
“bella ngga pinter buat puisi”
“yaudah bella peluk aku aja, biar gangantuk”
“itu sih maunya kamu”
“emang maunya kamu apaan?”
“maunya aku, kita itu bareng terus kayak gini”
“Selama-lamanya?”
“ya mungkin saja”
Bicara singkat itu terputus saat tempat tujuan sudah
terlihat. Bella turun dan tidak menggandeng tanganku seperti tadi. Duduk dan
mulai memesan. Bella hanya diam dan sesekali melihat ponselnya. Aku hanya bisa
melihat sekeliling dan sesekali melirik bella.
“kamu kok malam ini berani beda?” , tanyaku.
“emang kenapa?”
“gak apa-apa sih hehe”
“Aku sih sebenarnya agak canggung sama kamu, tapi
aku berusaha nutupi itu dengan celotehanku”
“Aku senang kalau kamu mau berusaha menyesuaikan
dengan gimananya aku, tapi aku lebih senang kalo kamu jadi diri sendiri aja”
“jo … kadang cinta itu datang gak secepat yang kita
mau”
“maksudnya?”
“ah bukan apa-apa, makan yuk”
Aku bingung dengan ucapan bella yang itu. Gak
secepat yang kita mau? Apa maksudnya.
Makan dan selesai. Aku langsung
mengantarkan bella pulang. Tiba dirumah bella, bella langsung turun dan tidak
pamit. Bahkan menolehku pun tidak. Aku segera pulang dan meninggalkan rumah
bella. Bella aneh, awalnya dia masih saja mesra denganku tapi kenapa akhirnya
tidak? Apa dia sedang ada masalah? Tiba dirumah, aku langsung menghubungi
bella. Tapi nomor bella tidak aktif. Bella kenapa?
Esok paginya, aku mendapat pesan singkat dari bella.
‘aku berangkat
sendiri aja, kamu ngga usah jemput aku’
Apa jangan-jangan ada pria lain yang menjemput
bella? Segera ku telpon bella, tapi tidak diangkat. Aku dan bella tidak satu
sekolah dan juga tidak searah, mungkin dia tidak ingin merepotkanku. Aku hanya
mengiyakan dan segera pergi menuju sekolahku. Tepat didepan gerbang, aku
melihat bella. Segera ku hampiri dengan rasa penasaranku.
“bella?”, tegurku. Bella langsung memelukku dan
menangis.
“kamu kenapa?”, tanyaku semakin penasaran.
“ayo ke bukit, kita bolos aja”, ucap bella.
Aku langsung mengiyakan bella. Kami langsung menuju
bukit. Di bukit, bella sudah tak lagi menangis. Tersenyum dan tertawa.
Terkadang, sesekali dia teriak dan mulai menjahili aku.
“bella, kamu tadi kenapa?”
“tidak apa-apa, aku hanya sedang berusaha mengajakmu
bolos sekolah saja hehe”
“jadi tadi kamu hanya acting?”
“iya hehe”
“semalam poselmu tidak aktif, bahkan tadi pagi kamu
tidak ingin aku antar kesekolah. Kenapa?”
“sedang tidak ingin jo”
“emang kenapa? Aku ada salah?”
“tidak”
Setelah perbincangan itu, bella terdiam. Sesekali
dia tersenyum memandang langit, sesekali dia tersenyum memandangku, sesekali
dia cemberut melihat ponselnya. Ada apa sih sebenarnya?
“jo kalau aku harus pergi sekarang, kamu marah?”
“kamu mau kemana?”
“aku bosan disini”
“kamu mau kemana?”
“aku mau pulang”
“aku antar”
“ngga usah jo. Kamu balik aja kesekolah, aku pulang
ya”
Kemudian bella langsung lari dan aku kewalahan untuk
mengejarnya. Aku tak mungkin meninggalkan motorku begitu saja. Ku kejar dan
hilang. Bella tak lagi terlihat. Ku telpon dan tak aktif. Segera aku menuju
rumah bella, tapi aku hanya menemui seorang wanita dan satpam. Segera ku temui
dan menanyakan keberadaan bella.
Bella adalah anak tunggal dan otomatis
bella yang akan segera bertanggung jawab atas keluarganya. Mamanya meninggal
saat melahirkan dirinya dan bella hanya tinggal dengan beberapa pembantu
dirumahnya. Papanya sibuk mengurus perusahaan yang didirikannya sejak dia masih
berumur 35tahun, mau tak mau papanya harus hidup terpisah dengan bella.
“maaf bu, apa bella sudah pulang?”
“non bella sudah pergi sejak pagi tadi”
“ke sekolah?”
“tidak, katanya dia ingin pamit dengan pacarnya”
“pamit gimana? Emm kebetulan saya ini pacarnya bella”
“loh bukannya bella sudah menemui kamu tadi?”
“iya, tapi dia tidak ada pamit apa-apa sama saya”
“bella akan segera menyusul papanya ke bandung”
“menetap disana?”
“tentunya”
“kenapa begitu?”
“papa bella mengalami kebangkrutan sejak 5tahun yang
lalu, kemudian berusaha bangkit lagi dengan mengumpulkan beberapa pinjaman.
Tapi papa bella, meminjam pada orang yang salah. Dia malah memeras papa bella
dengan bunga yang besar. Semakin bangkrut dan tak sanggup bayar. Satu-satunya
jalan adalah memenuhi permintaannya. Bella harus menikahinya”
Tercengang dan terdiam. Ini pukulan yang teramat
sakit. Bella belum cerita. Bella tak mau jujur. Tak berapa lama bella
menelponku.
“bella hallo. Kamu…”
“maafkan aku jo. kalau kamu ingin tau, kamu tanyakan
saja pada orang yang ada dirumah aku”
“aku sudah dirumah kamu bel”
“maafkan aku jo, sebenarnya aku hanya tak ingin kamu
terlibat”
‘tapi bagaimana perasaanku bel?”
“aku sangat menyayangi papaku jo, selama ini dia
berjuang keras demi menghidupi aku. Tanpa kasih sayang seorang istri, dia
sanggup menyayangi aku. Bahkan membiayai kehidupanku hingga aku sebesar bahkan
setegar ini. Papa satu-satunya yang ku punya dan satu-satunya alasan kenapa aku
harus bertahan hidup, kenapa aku harus tetap semangat untuk berjuang. Aku harus
bisa membuatnya tersenyum bangga. Dengan aku membantu kesulitannya, aku yakin
dia akan bangga denganku. I love you jo”.
Itu
yang harus ku akui dari awal, dia wanita terhebat yang pernah ku punya. Melawan
rasa itu sendiri demi sesosok ayah yang selalu dia kagumi. Dia hebat, bahkan
sangat hebat. Dia wanita yang kini akan segera menjadi milik orang lain. Tetaplah
semangat bella, walau aku hanya bisa mendoakanmu dari bibirku. Kurasa cinta
kita belum mati hingga nanti gugur bersama waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar